PAGUCINEWS.COM – Sejarah manusia telah mencatat berbagai macam pemimpin di berbagai bidang kehidupan, baik di tingkat pemerintahan, organisasi, maupun dalam konteks keluarga. Pemimpin yang baik akan berusaha menjalankan tanggung jawabnya dengan adil, bijaksana, dan peduli terhadap kepentingan rakyatnya.
Baca juga /6 Hewan yang Dilarang Dibunuh dalam Islam, Termasuk Lebah dan Semut
Namun, di sepanjang sejarah juga ditemukan pemimpin yang zalim, yang menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan menindas rakyatnya. Ancaman dari pemimpin yang zalim ini tidak boleh diabaikan, karena dapat berdampak negatif pada masyarakat dan kehidupan bermasyarakat secara keseluruhan.
Pemimpin yang zalim dapat memberikan ancaman serius terhadap stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan masyarakat.
Sungguh berat beban seorang pemimpin. Sebab, pertanggungjawabannya tidak hanya di dunia yang fana ini, melainkan juga akhirat kelak.
Oleh karena itu, sifat amanah harus melekat pada dirinya. Allah SWT menebar ancaman kepada para pemimpin yang berbuat zalim kepada rakyat atau orang yang dipimpinnya.
Azab yang pedih
“Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka” (HR Ahmad). Demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Allah mengancam orang yang semena-mena.
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada sesama manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapatkan siksa yang pedih” (QS asy-Syura: 42).
Seorang pemimpin yang zalim akan merasakan akibatnya pada Hari Pembalasan. “Sungguh, manusia yang paling dicintai Allah pada Hari Kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah ialah pemimpin yang adil. Orang yang paling dibenci Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah pemimpin yang zalim” (HR Tirmidzi).
Dijauhi rakyat
Rasulullah SAW berpesan agar kaum Muslimin mematuhi pemimpin (ulil amri) dari kalangan mereka, selama pemimpin itu tidak menyuruh bermaksiat kepada Allah.
Jika rakyat diperintahkan untuk maksiat, maka hilanglah kewajiban untuk taat.
“Ketaatan hanyalah dalam perkara yang ma’ruf,” sabda beliau, seperti diriwayatkan Imam Bukhari. Maka, pemimpin yang zalim akan cenderung dijauhi orang-orang yang masih berpegang teguh pada kebenaran.
Inilah pentingnya nasihat atau kritik. Kalangan ulama atau orang-orang berilmu dapat mengingatkan penguasa agar tetap amanah dan tak salah arah. Ujaran pun disampaikan dengan tegas, tetapi baik dan sopan. Tidak kemudian dibumbui niat ingin mempermalukan penguasa.
Didoakan kesukaran
Rasulullah SAW mendoakan kesusahan bagi para penguasa yang menindas umat beliau. “Ya Allah, siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku kemudian dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku dan memudahkan mereka, maka mudahkanlah dia,” demikian munajat beliau, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim.
Doa itu menyiratkan dua tipikal pejabat. Ada yang kerap menyusahkan rakyatnya. Ada pula yang cenderung memudahkan hidup mereka.
Semestinya, seorang pemimpin menjalankan tugas dengan baik dan seadil-adilnya. Bila ia terus berupaya, insya Allah, pertolongan dari-Nya akan datang.
Jika ia justru menyepelekan amanah, kesulitan akan menimpanya. “Tidaklah seseorang diamanahi memimpin suatu kaum kemudian ia meninggal dalam keadaan curang terhadap rakyatnya, maka diharamkan baginya surga” (HR Bukhari-Muslim).(Red)
Redaksi : Suliswan