PAGUCINEWS.COM – Virus rabies adalah virus yang ditularkan dari hewan ke manusia. Virus ini dapat menyerang sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan penyakit yang sangat berbahaya pada manusia, bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Sumber penular dari rabies berasal dari hewan terutama pada anjing. Selain itu, terdapat beberapa hewan lainnya seperti kucing, sapi, kambing, dan kuda. Bahkan hewan liar pun juga bisa menularkan, seperti kelelawar, berang-berang, anjing hutan, rubah, monyet, dan rakun.
Kasus Rabies di beberapa wilayah Indonesia mulai jadi perhatian. Belakangan kembali viral video bocah 5 di Bali yang takut air pasca memiliki riwayat gigitan anjing rabies.
Phobia air dan cahaya yang dialami bocah 5 tahun di Bali yang akhirnya meninggal dunia itu disebut-sebut merupakan salah satu gejala mematikan akibat gigitan anjing rabies.
Lantas, benarkah demikian? Apakah penyakit rabies dapat membuat penderitanya takut air?
Ahli penyakit dalam, dr Andi Khomeini Takdir membenarkan perihal pasien rabies yang mengalami hidropobia atau takut pada air. Hal tersebut akibat virus rabies yang menyerang saraf hingga terjadi gangguan atau bahkan kelumpuhan pada otot-otot. Sebagian saraf dan otot yang terganggu ini bertanggung jawab dalam gerakan menelan. Ini yang kemudian memunculkan rasa sakit saat pasien menelan cairan, termasuk air dan liur. “Akhirnya pasien ini menjadi mengeluarkan air liur dalam jumlah banyak dan juga karena intensitasnya tinggi nyerinya itu, dia akhirnya menjadi takut pada air,” ujar Andi, dilansir dari kompas.
Takut air yang dialami pasien rabies pun tak sekadar ketakutan menelan. Menurut Andi, pasien dapat merasakan takut dengan segala aktivitas yang bersentuhan dengan air. “Karena dia mengalami gangguan pada otot itu terus dia juga ada peradangan, merasakan demam, menggigil, akibatnya juga menjadi takut dengan aktvitas bersentuhan dengan air,” tutur Andi.
Gejala Rabies
Gejala awal rabies umumnya muncul 30–90 hari setelah seseorang tergigit hewan yang terinfeksi virus rabies. Namun, pada kasus tertentu, gejala bisa muncul dalam hitungan minggu atau bahkan tahun.
Gejala awal rabies dapat mirip dengan keluhan penyakit flu. Penderita umumnya mengalami demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Rabies juga bisa menimbulkan gejala khas, seperti kesemutan, nyeri, dan gatal yang sangat mengganggu di area gigitan.
Beberapa gejala awal rabies yang juga dapat dialami penderita adalah:
– Demam
– Lemas
– Hilang nafsu makan
– Nyeri kepala
– Menggigil
– Sakit tenggorokan
– Mual dan muntah
– Diare
– Gangguan cemas
– Gelisah
– Sulit tidur atau insomnia
– Depresi
Jika rabies tidak terdeteksi dan tidak segera ditangani, gejalanya akan berkembang menjadi lebih parah. Gejala lanjutan ini bisa digolongkan menjadi dua tipe, yaitu agresif dan paralitik. Berikut adalah penjelasannya:
– Gejala lanjutan rabies tipe agresif
Kebanyakan rabies yang disebabkan oleh gigitan anjing akan menimbulkan gejala ini. Penderita dapat mengalami episode “marah”, yang ditandai dengan gelisah, linglung, hiperaktif, muncul keinginan untuk memukul atau menggigit, dan halusinasi.
Penderita dengan gejala ini juga dapat mengalami kram otot, detak jantung cepat, dan napas terengah-engah. Gejala tipe ini dapat hilang timbul. Penderitanya biasanya tidak ingat ia marah-marah.
– Gejala lanjutan rabies tipe paralitik
Penderita yang mengalami gejala ini akan tampak “diam”. Namun, gejala demam dan sakit kepala menjadi lebih berat. Penderita juga akan mengalami lumpuh yang menjalar, mulai dari area yang digigit hingga ke bagian tubuh lain. Kematian dapat terjadi jika kelumpuhan sudah menjalar hingga ke otot napas.
Selain gejala di atas, penderita rabies juga dapat mengalami keluhan berikut:
– Produksi air liur bertambah
– Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
– Rasa takut yang berlebihan pada air (hidrofobia)
– Priapismus, yaitu ereksi berkepanjangan tanpa adanya rangsangan seksual
Penaganan Rabies
Rabies berisiko tinggi menyebabkan kematian, terutama jika virus sudah menginfeksi otak. Oleh sebab itu, penanganan harus cepat diberikan, bahkan bila memungkinkan, sebelum gejalanya muncul.
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada kategori luka, yaitu:
– Kategori luka risiko rendah, berupa pembersihan luka secara menyeluruh dengan cairan desinfektan
– Kategori luka risiko sedang, berupa pencucian luka dan vaksinasi rabies
– Kategori luka risiko tinggi, berupa pencucian luka, vaksinasi rabies, dan serum antirabies
Berikut adalah penjelasan pengobatan rabies:
– Pembersihan luka
Pembersihan luka bekas gigitan atau cakaran hewan yang dicurigai terinfeksi rabies dilakukan dengan sabun antiseptik dan air selama 15 menit. Selanjutnya, luka harus diberikan povidine iodine. Jika diperlukan, dokter akan memberikan serum antirabies langsung ke luka tersebut.
– Serum antirabies
Serum antirabies atau human rabies immune globulin (HRIG) diberikan kepada pasien yang belum pernah menerima vaksin rabies dan memiliki luka dengan kategori risiko tinggi.
Serum antirabies juga diutamakan kepada pasien dengan kondisi berikut:
– Memiliki lebih dari satu gigitan
– Tergigit pada area yang memiliki banyak saraf, seperti kepala, leher, atau tangan
– Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya akibat menderita HIV atau menggunakan obat antikanker, seperti rituximab
– Tergigit oleh hewan yang terkonfirmasi terinfeksi rabies
Serum antirabies diberikan bersama dengan dosis pertama vaksin rabies. Tujuannya adalah sebagai perlindungan bagi pasien sebelum antibodi dari vaksin rabies terbentuk.
– Vaksin rabies
Vaksin rabies mengandung virus rabies yang telah dilemahkan. Vaksin ini akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi yang akan membunuh virus rabies. Idealnya, vaksin rabies diberikan sebagai pencegahan, terutama pada orang yang berisiko tinggi terpapar virus rabies.
Namun, selain untuk mencegah, vaksin rabies juga dapat diberikan kepada orang yang baru dicakar atau digigit hewan yang berisiko membawa virus rabies. Vaksin ini disebut dengan post-exposure prophylaxis (PEP).
Vaksin rabies sebagai PEP diberikan kepada pasien yang diduga terinfeksi virus rabies dengan kategori luka risiko sedang dan tinggi. Dosis vaksin akan disesuaikan dengan kondisi pasien apakah ia sudah atau belum pernah menerima vaksin rabies.
Pada pasien yang belum pernah mendapatkan vaksin rabies, dokter akan memberikan 4 dosis vaksin dengan rincian sebagai berikut:
– Dosis pertama diberikan segera setelah tergigit, diikuti dengan suntik serum antirabies untuk membantu sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi
– Dosis kedua diberikan pada hari ke-3 setelah digigit
– Dosis ketiga diberikan pada hari ke-7 setelah digigit
– Dosis keempat diberikan antara hari ke-14 sampai ke-28 setelah digigit
Sementara pada pasien yang sudah pernah menerima vaksin rabies, dokter akan memberikan 2 dosis vaksin dengan rincian:
– Dosis pertama diberikan secepatnya setelah tergigit
– Dosis kedua diberikan 3 hari setelah digigit hewan
(Redaksi – Suliswan)