PAGUCINEWWS.COM – Meninggal di Tanah Suci bukan fenomena yang baru. Setiap tahun ada saja jemaah yang wafat di Makkah atau Madinah.
Wafat di Makkah atau Madinah saat melaksanakan haji adalah suatu kehormatan. Bahkan, terdapat keutamaan bagi mereka yang meninggal di Tanah Suci.
Bahkan keutamaan dan pahala meninggal di tanah haram adalah masuk surga tanpa hisab.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis yang dicantumkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin berikut;
من خرج من بيتِه حاجًّا أو معتمرًا فمات أُجْرِيَ له أجرُ الحاجِّ المعتمرِ إلى يومِ القيامةِ ومن مات في أحدِ الحرميْنِ لم يُعْرَضْ ولم يُحاسبْ وقيل له ادخلِ الجنةَ
Barangsiapa keluar untuk berhaji dan berumrah, kemudian meninggal, maka dicatat baginya pahala haji dan umrah hingga hari kiamat. Barangsiapa meninggal di salah satu tanah haram, maka dia tidak akan dihisab dan kepadanya dikatakan; ‘Masuklah ke surga.’
Selain itu, keutamaan meninggal di salah satu tanah haram, Mekkah dan Madinah, akan mendapatkan syafaat dari Nabi Saw kelak di hari kiamat. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Thabrani dari Salman, dia berkatan bahwa Nabi Saw bersabda;
من مات في احد الحرمين استوجب شفاعتي وكان يوم القيامة من الامنين
Barangsiapa meninggal di salah satu tanah haram, maka dia wajib mendapat syafaatku dan kelak dia termasuk orang-orang yang selamat.
Oleh karena itu, Imam Nawawi dalam kitab Al-Azkar menganjurkan agar seseorang berharap meninggal di tempat yang mulia, seperti Mekkah dan Madinah. Bahkan Sayidina Umar pernah berdoa agar beliau diwafatkan di tanah haram Madinah. Disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, dari Sayidah Hafshah, dia berkata;
قَالَ عمر رضى الله عنه اللهم ارزقتى شَهَادَةً فِي سَبِيلِك وَاجْعَلْ مَوْتِي فِي بَلَدِ رَسُولِك صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Sayidina Umar berkata; ‘Ya Allah, berikanlah aku anugrah mati syahid di jalan-Mu, dan jadikanlah kematianku di tanah Rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallam.’
Dan doa beliau dikabulkan oleh Allah, beliau mati syahid di Madinah dan dikuburkan bersama Rasulullah dan Sayidina Abu Bakar.
(Redaksi – Suliswan)